Hutanku Indonesia Menikmati Healing Di Hutan Cimedang

Hutan cimedang

Sahabat ngiderbae, sudah pernah healing kemana aja? Salah satu tempat yang sering aku jadikan sebagai tempat healing adalah tempat yang terbuka luas dan dipenuhi tumbuh-tumbuhan. Kalau sedang tidak punya banyak waktu, ya aku akan melipir sejenak ke daerah Setu di Bekasi yang lokasinya masih banyak lahan kosong disertai sawah. 

Tapi, kalau lagi ada waktu banyak, aku paling senang ketika diajak ke lokasi yang dipenuhi beragam flora dan fauna seperti hutan. Terakhir aku ke hutan itu beberapa bulan lalu, lokasinya di hutan Cimedang, dekat dengan curug Cimedang. Hutan lindung yang menyimpan curug dan pemandangan yang indah ini juga memiliki jalur pendakian ke gunung Galunggung. Tenang saja, jalur pendakian dari curug Cimedang ini merupakan jalur resmi, jadi bukan jalur ilegal.

Saat mampir ke sana, aku bertemu juga dengan para pendaki yang baru saja turun gunung melewati jalur ini. Mereka mampir ke curug Cimedang untuk mandi dan istirahat sejenak. Di curug Cimedang yang dikelola oleh penduduk yang tinggal dekat dengan hutan ini juga menyediakan satu gubuk yang bersih dan bisa digunakan untuk istirahat sebentar.

Meskipun aku menikmati hutan yang berada di kaki gunung Galunggung bukan seperti hutan lebat yang ada di Kalimantan. Tapi, aku menemukan banyak sekali flora yang terlihat. Untuk fauna, aku tidak begitu banyak melihat binatang buas seperti macan. Tapi, lebih banyak binatang ternak. Sebab, penduduk yang tinggal di kaki gunung Galunggung ini membangun gubuk khusus ternak di pedalaman hutan.


Jalan hutan cimedang


Fakta Tentang Hutan Di Indonesia

Ada satu hal yang sangat kurasakan saat bermukim di tengah-tengah hutan. Iya, waktu itu aku tinggal di rumah milik warga yang membangun rumah kayu di tengah hutan. Rumah ini satu-satunya tempat yang dihuni manusia, kebanyakan warga memilih tinggal di kawasan mukim. Lokasinya masih turun terus ke bawah dari kaki gunung.

Bermalam di tengah-tengah hutan, meskipun alhamdulillah sudah ada listrik di rumah yang aku tempati ini. Ya, memang satu-satunya tempat yang ada listriknya. Tapi, tetap saja ada suasana berbeda. Bukan suasana horor seperti yang sering aku bayangkan waktu belum pernah masuk dan bermalam di hutan.

Kesan pertamaku di situ adalah rasa nyaman. Suara serangga tonggeret terus berbunyi dari malam hingga siang dan kembali ke malam lagi. Serius. Suara serangga ini memenuhi setiap sudut hutan yang aku sambangi, selain dari suara manusia yang sesekali terdengar entah darimana asalnya. Sebab, penduduk di kawasan mukim memang sering masuk ke hutan untuk mencari sumber pangan atau daun-daun pohon sebagai bahan makanan untuk ternak mereka.

Meskipun tak seluas hutan Kalimantan, konon menurut Rain Forests Mongabay, hutan kalimantan mencapai 40,8 juta hektar. Dan menduduki peringkat ketiga sebagai hutan terluas di dunia setelah hutan Amazon dan hutan Ekuator, #IndonesiaBikinBangga banget. Kawasan hutan Cimedang ini juga menarik dan cocok untuk orang-orang yang masih pemula dan ingin menghabiskan waktu healing di hutan.

Banyak Flora Yang Unik Dan Banyak Dijual Di Kota

Hutan indonesia

Sering melihat pakis haji sampai tanaman Aglaonema? Kalau suka dengan kedua tanaman tersebut, saat mengunjungi hutan Cimedang ini juga pasti akan dimanjakan pemandangan tanaman ini tumbuh subur dan liar di antara pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Jika di kota-kota besar tanaman ini dijual. Di dalam hutan yang sejuk, semua jenis tanaman yang memanjakan mata tersebar bebas. Sesekali bahkan kudapati tanaman bunga mawar yang merah dan ranum berada di hamparan warna hijau. Bahkan, aku mendapati tanaman yang disebut janda bolong, tersembunyi di antara pepohonan yang lebat. 

Aku senang melihatnya, bak memanjakan mata dengan pemandangan yang tidak akan bisa kulihat di kota Bekasi. Meskipun tanaman-tanaman yang kusebut tadi dibudidayakan untuk tanaman hias. Tapi, tampaknya tanaman hias ini justru lebih menggoda saat berada di dalam hutan. $HutanKitaSultan soalnya banyak banget ragam tanaman yang cantik dan indah di dalamnya.

Ketika aku menyusuri jalan setapak yang memang sudah dibuat oleh warga di daerah pemukiman. Demi mempermudah mereka untuk keluar dan masuk hutan. Aku menemukan banyak sekali warga yang juga menjadikan lahan yang sedikit terbuka untuk ditanami tumbuhan pangan. Seperti bayam, sawi hijau dan sawi putih, daun bawang hingga labu siam.

Lahan yang mereka gunakan juga bukan dari hasil memotong pohon. Tapi, dari pepohonan yang memang tumbang saat hujan atau memang sudah terlalu tua. Biasanya saat tumbang itu mereka akan menjadikan lahan yang tidak begitu besar itu untuk dijadikan ladang. Dan inilah kebiasaan dari warga sekitar, dengan memberikan hasil ladang mereka sebagai oleh-oleh untuk saudara atau pengunjung sepertiku.

Menjaga Lahan Dan Keindahan Hutan

Hutan lindung


Ada satu sosok yang terkenal dan tinggal di dekat curug Cimedang. Beliau bernama Mang Oleh, pembaca bisa mencarinya di youtube karena beliau dikenal sebagai penjaga curug Cimedang. Curug ini masih dikelola secara pribadi olehnya. Tanpa biaya bagi yang berjalan kaki, tapi silakan berikan dana bagi yang naik menuju curug menggunakan kendaraan bermotor.

Mang Oleh dan warga pemukiman lainnya yang berada di dekat kaki gunung Galunggung ini. Sepakat untuk menjaga hutan dengan cara mereka, seperti menjaga agar pepohonan yang ada tidak dibabat habis untuk komersial saja. Tapi, boleh untuk dipergunakan bagi warga sekitar dan itu juga secara khusus jika memang benar-benar darurat penggunaannya.

Selain itu, pemanfaatan lahan kosong sebagai ladang kecil juga digunakan agar warga yang tinggal di pemukiman masih bisa menikmati hasilnya. Dengan begitu mereka akan tetap ikut menjaga hutan agar tidak dimanfaatkan untuk hal yang tidak semestinya. Tak hanya itu, setiap pengunjung yang mampir ke curug Cimedang juga diminta untuk tidak membuang sampah sembarangan.

Sampah yang ada justru dikelola secara mandiri. Dipisah oleh warga sekitar antara sampah yang mengandung plastik dengan yang bukan. Untuk sampah yang mengandung plastik, dari informasi yang aku dapat, akan mereka kirim ke pengepul khusus. Sementara sampah berupa sisa makanan akan dijadikan pupuk oleh mereka. Semua masyarakat ikut menjaga #UntukmuBumiku agar hutan tetap eksis.


Mendengarkan Alam Bernyanyi Di Hutan Lindung Desa Malaganti

Suara tonggeret serta kambing dan sapi yang sesekali bersahutan. Adalah suara dari alam yang syahdu. Tempat healing yang tepat bagi yang sudah sangat penat menghadapi rutinitas padat di ibu kota. 

Sambil menikmati rindangnya pepohonan bisa sambil mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi di Spotify atau di Apple Music. Lirik dan musiknya menambah syahdu momen bersatu dengan alam ini. 

Apalagi jika pembaca ikut mendengarkan di platform resmi, maka royalti yang ada akan digunakan untuk perlindungan hutan-hutan yang ada di Indonesia. Sambil mendengarkan #DengarAlamBernyanyi, menikmati alunan suara merdu, sambil menikmati pemandangan hutan yang indah tapi juga ikut menjaga agar keseimbangan hutan tidak terganggu.


Hutan Tempat Healing Terbaik

Setelah menghabiskan dua hari tiga malam di dalam hutan yang terletak di Desa Malaganti. Mendengar suara tonggeret setiap saat. Justru membuatku seperti rindu ingin kembali ke sana. Bahkan, rasanya ingin menelusuri setapak demi setapak lagi jalur tempat penduduk menjamah untuk mencari hasil bumi.

Bagi yang ingin mampir dan ikut merasakan keindahan hutan, bisa mampir ke hutan Cimedang ini. Ada angkutan umum yang akan mengantar sampai perhentian dekat kaki gunung. Setelah itu, pembaca bisa mendaki dengan berjalan kaki. Terkadang ada juga penduduk yang menawarkan untuk ikut naik menggunakan kendaraan roda dua. 

Tapi, kalau tidak ada kendaraan. Justru dengan berjalan kaki terasa lebih menyenangkan. Sambil menikmati pemandangan dan udara yang bersih. Terus mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi juga jangan lupa untuk menjaga agar sampah yang kita bawa tertinggal di dalam hutan. Mari kita jadi #TeamUpforImpact yang ikut melestarikan hutan agar tidak rusak oleh ulah kita sendiri.

Menikmati bukan dengan merusak tapi menikmati dengan menjaga agar tetap ada.


Related Posts

Tidak ada komentar: